Kenapa Banyak Orang Mulai Mengganti Kopi Pagi dengan Jamu?
🔀 Read in English 🇬🇧
Selamat Datang di Hajriah Fajar: Hidup Sehat & Cerdas di Era Digital
Kenapa Banyak Orang Mulai Mengganti Kopi Pagi dengan Jamu?
Pernah nggak sih, kamu lagi scroll pagi-pagi terus nemu video aesthetic orang nyeduh jamu pakai botol kaca cantik, ada musik jazz tipis-tipis, terus caption-nya: “My grounding drink to start the day 🧘♀️”?
Dulu gue mikir jamu itu cuma segelas trauma dari masa kecil. Pahit, aneh, dan selalu disuruh minum pas lagi nggak mood. Tapi belakangan, tiba-tiba muncul tren baru: orang-orang—terutama yang kerja di dunia digital—pada mulai ninggalin kopi dan balik ke jamu. Bukan karena tiba-tiba jadi dukun, tapi karena… capek aja. Capek ngopi tapi deg-degan. Capek hidup cepet tapi hati kosong.
Nah, kita bahas yuk. Kok bisa-bisanya jamu yang dulu dihindari, sekarang malah jadi simbol self-care kekinian?
Jamu Bukan Lagi Soal Obat, Tapi Pelan-pelan
Kopi itu cepat. Langsung ngegas. Satu teguk, langsung tancap. Tapi jamu? Dia pelan. Harus direbus. Harus disaring. Harus sabar.
Ada yang bilang, ini bukan soal rasa. Ini soal ritme. Di dunia yang serba buru-buru, kadang kita cuma pengen sesuatu yang ngajak kita berhenti. Bukan karena kita lemah. Tapi karena kita manusia, bukan notifikasi.
Kulit manggis, kunyit asam, jahe merah—bukan cuma bahan, tapi alasan. Alasan buat bangun pagi tanpa gelisah. Nggak ada janji “menyembuhkan apapun”. Cuma pengingat kecil: “Eh, tarik napas dulu, Bro.”
Dan menariknya, menurut studi dari Journal of Ethnopharmacology (2021), banyak ramuan tradisional memang punya efek menenangkan ringan—bukan kayak pil tidur, tapi semacam peluk halus dari tubuh sendiri.
Antara Kecemasan Digital dan Secangkir Rebusan
Gue punya temen, kerja di startup. Dulu kopinya sehari tiga. Tapi makin ke sini, katanya, tiap ngopi malah makin gelisah. Akhirnya dia beralih ke jamu kunyit-asam buatan sendiri.
“Gue nggak tahu ini beneran sehat apa placebo,” katanya. “Tapi minimal, pas bikin jamu, gue nggak buka HP. Dan itu aja udah sehat.”
Dan gue relate. Kadang, yang kita butuh bukan solusi, tapi jeda. Jeda dari layar, jeda dari suara dalam kepala yang bilang harus produktif terus. Jamu jadi alasan buat bikin jeda itu. Sesederhana itu.
Mau Coba Jamu Sebagai Pengganti Kopi? Nih Tips-nya:
1. Mulai dari yang nggak pahit-pahit amat. Kunyit-asam bisa jadi opsi enak buat pemula. Bisa ditambah jeruk nipis atau madu biar lebih friendly.
2. Bikin sendiri kalau bisa. Nggak usah ribet, cukup rebus bahan dasar. Proses bikin ini bagian penting dari ritual mindfulness-nya.
3. Jangan berharap keajaiban instan. Ini bukan sulap. Tapi bisa bantu kalau konsisten. Minimal, tubuh kamu diajak ngobrol pelan-pelan.
4. Gunakan momen bikin & minum sebagai “waktu jeda”. Nggak usah sambil buka email. Rasain aroma rempahnya. Dengerin bunyi rebusan. It counts.
5. Jangan maksa cocok. Kalau ternyata kamu tetap cinta kopi, ya nggak apa-apa. Hidup ini bukan soal ganti total, tapi menyesuaikan ritme.
Jadi... Kamu Tim Kopi atau Tim Jamu?
Akhirnya, semua kembali ke diri masing-masing. Tapi kalau kamu ngerasa dunia ini terlalu cepat, dan kamu butuh cara lembut untuk mulai hari, mungkin secangkir jamu bisa jadi pintu kecil. Bukan buat sembuh, tapi buat sadar: kamu masih hidup, masih punya waktu, dan masih bisa ngerasain hangatnya rebusan kunyit jam 7 pagi.
Kalau kamu udah pernah coba, atau punya ritual pagi lain yang bikin waras, boleh dong sharing di kolom komentar. Siapa tahu kita semua bisa nemuin versi kecil dari “bernafas” di dunia digital yang kebanyakan lari.
Welcome to Hajriah Fajar: Living Smart & Healthy in the Digital Age
Why Are People Swapping Morning Coffee for Herbal Jamu?
Ever found yourself scrolling early in the morning and seeing a beautifully edited video of someone pouring jamu into a glass jar, jazz music in the background, captioned: “My grounding drink to start the day 🧘♀️”?
I used to think jamu was a bitter memory from childhood. Literally. Bitter, weird, and always forced down our throats when we least wanted it. But suddenly, something shifted: especially among digital workers, jamu is becoming the new “morning ritual.” Not because anyone’s turning into a herbalist—but because... we’re tired. Tired of jittery caffeine. Tired of going fast but feeling lost.
So let’s unpack this. How did jamu go from avoided tradition to aesthetic self-care?
It’s Not About Healing — It’s About Slowing Down
Coffee is fast. Jamu is slow. Coffee jolts. Jamu simmers.
Some say it’s not about the taste — it’s about tempo. In a world that never pauses, sometimes you just want something that makes you breathe. Not because you're weak, but because you’re not a push notification.
Mangosteen peel, turmeric-asam, red ginger—they’re not just ingredients, but excuses. Excuses to rise gently. No promises of magic. Just a reminder: “Hey, maybe breathe first, yeah?”
Interestingly, a study in the Journal of Ethnopharmacology (2021) found many traditional blends do have mild calming effects—not like pills, but like a gentle hug from your own nervous system.
Digital Anxiety vs. Steaming Reboils
A friend of mine, works in a startup, used to drink three coffees a day. Lately, he’s switched to homemade turmeric-asam jamu.
“I don’t know if it’s healthy or just placebo,” he said. “But at least when I make jamu, I don’t check my phone. And that’s already something.”
And honestly? That hits. Sometimes we don’t need solutions, just pauses. Pauses from the screen, from the inner voice that demands we stay productive 24/7. Jamu gives us that excuse. That pause. As simple as that.
Wanna Try Replacing Coffee with Jamu? Some Tips:
1. Start with less bitter blends. Turmeric-asam is a good gateway. Add lime or honey to ease the shock.
2. DIY if you can. Just boil it. The act of making it is part of the slow ritual.
3. Don’t expect instant miracles. Not magic. But helpful if done regularly. Your body will notice.
4. Use prep time as your digital break. No screens. Just steam, scent, and silence. That’s mindfulness, baby.
5. If you still love coffee, that’s okay. This isn’t war. It’s about options. Choose your rhythm.
So... Are You Team Coffee or Team Jamu?
In the end, it's personal. But if you feel like the world’s running too fast and you’re looking for a softer way to greet the day, maybe a cup of jamu is your doorway. Not to healing, but to feeling alive. To reminding yourself that warmth at 7 a.m. can still be a thing.
If you've tried jamu or have your own weird morning rituals that keep you sane, share them in the comments. Who knows? Maybe we’ll all find our little breath in this hyper-speed digital mess.
Post a Comment for "Kenapa Banyak Orang Mulai Mengganti Kopi Pagi dengan Jamu?"
Post a Comment
You are welcome to share your ideas with us in comments!