Arsitektur Infrastruktur RS Tipe C: Menjawab Tantangan Internet Nasional dan Global
Selamat Datang di Hajriah Fajar: Hidup Sehat & Cerdas di Era Digital
Arsitektur Infrastruktur RS Tipe C: Menjawab Tantangan Internet Nasional dan Global
Rumah sakit berbasis web seperti SIMRS (Zi.Care, SatuSehat) sangat dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur, bukan hanya lokal tapi juga nasional dan global. Keterbatasan internet di Indonesia bisa jadi akar masalah kendala performa atau real‑time delay. Data penting berikut membantu memahami konteksnya.
🌐 Kecepatan Internet Global: Siapa Tercepat?
Berdasarkan data median broadband Speedtest per Januari 2025, negara seperti Singapura (~336 Mbps), UEA (~310 Mbps), Hong Kong (~306 Mbps), dan Thailand (~237 Mbps) mendominasi ranking dunia :contentReference[oaicite:1]{index=1}. Sedangkan berdasarkan sumber lain, Qatar (286 Mbps), UEA (284 Mbps), Kuwait (217 Mbps), dan Korea Selatan (174 Mbps) menjadi yang tercepat :contentReference[oaicite:2]{index=2}.
🇮🇩 Di Mana Posisi Indonesia?
Indonesia memiliki kecepatan rata‑rata fixed broadband ~32 Mbps dan mobile ~29 Mbps per awal 2025 :contentReference[oaicite:3]{index=3}. Dengan biaya sekitar USD 1.50 per Mbps, posisi Indonesia jauh di bawah negara maju & regional tinggi :contentReference[oaicite:4]{index=4}. Dalam indeks global konektivitas, Indonesia menempati ranking 62 dari 100 negara :contentReference[oaicite:5]{index=5}.
📌 Dampak ke SIMRS Web
Dengan kecepatan ~32 Mbps, RS di kota besar cukup memadai. Namun latency, jitter, dan limitasi nasional memengaruhi pengalaman real‑time seperti submit data, akses EMR, loading form. Saat internet melambat atau spike latency, submit bisa gagal, sesi timeout, bahkan halaman tak responsif.
🏗️ Arsitektur Infrastruktur RS yang Ideal secara Global
Berikut adalah rekomendasi arsitektur infrastruktur agar SIMRS web‑based berfungsi optimal, terlepas dari kondisi nasional:
✅ 1. Dedicated Internet dengan Pasangan ISP
– Minimum 50 Mbps simetris (up/down) untuk RS Tipe C;
– Bandwidth ≥100 Mbps jika ada ≥50 user simultan;
– Pasangan ISP (fiber + seluler/4G/5G) dengan router dual-WAN & failover otomatis.
✅ 2. QoS & VLAN Khusus SIMRS
– Buat VLAN atau SSID khusus SIMRS, prioritaskan trafik via QoS;
– Pisahkan dari jalur umum (staf, pengunjung, IoT).
✅ 3. Edge / Local Proxy Cache
– Server proxy ringan (Squid, Nginx) untuk cache aplikasi statis jika allowed;
– Optimasi load balancing jika sistem mirroring/distributed.
✅ 4. Redundansi & Backup Infrastruktur
– UPS untuk router, switch, server lokal;
– Power backup + modem cadangan SIM;
– Rencana Disaster Recovery lokal dan cloud.
✅ 5. Monitoring & Alert Jaringan
– Gunakan Zabbix/PRTG untuk monitor latency, packet loss;
– Alert via WA/SMS jika >100 ms latency atau link SERIUS terputus.
✅ 6. PWA/Service Worker di Aplikasi
– SIMRS harus mendukung PWA: form tetap tampil offline & sinkron lokal saat online.
✅ 7. Minimalisasi Beban CDN/API
– Gunakan CDN global (Cloudflare/Akamai) untuk asset;
– API endpoint dijamin dekat dengan lokasi RS (Edge regional).
✅ 8. Standard Perangkat di Klien
– PC minimal RAM 8 GB, SSD;
– Browser versi update (Chrome/Edge);
– Launcher WebView untuk stabilitas session.
✅ 9. Hybrid on‑Premise / Cloud
– Punya server lokal kecil jika cloud access terganggu;
– Data cached lokal & sync kembali saat internet stabil.
Penutup: Infrastruktur Bukan Sekadar Router—Tapi Rangka Kerja Digital
Percepatan SIMRS bukan hanya soal aplikasi. Ia membutuhkan ekosistem infrastruktur yang kuat—jaringan, hardware, edge server, monitoring, dan tahapan arsitektur. Indonesia mungkin tertinggal dalam kecepatan nasional, tapi bukan berarti tidak bisa menghasilkan RS digital kelas dunia jika tahu caranya membangun pondasi yang tepat.
Post a Comment for "Arsitektur Infrastruktur RS Tipe C: Menjawab Tantangan Internet Nasional dan Global"
Post a Comment
You are welcome to share your ideas with us in comments!