Why You Sometimes Need to Be Bored to Grow: The Strange Power of Digital Silence
Selamat Datang di Hajriah Fajar: Lead & Innovate with Tech
Why You Sometimes Need to Be Bored to Grow: The Strange Power of Digital Silence
Versi Bahasa Indonesia
Bosannya Hati, Penuhnya Otak, dan Detoks Digital yang Tertunda-Tunda
Pernah nggak sih, kamu ngerasa otakmu kayak habis kejebak konser EDM semalaman—padahal kamu cuma scrolling TikTok sejam?
Atau lebih parah, kamu buka HP cuma buat balas satu pesan, tahu-tahu udah 45 menit ngestalk kehidupan orang yang kamu bahkan nggak kenal. Dunia digital itu kayak buffet konten yang nggak pernah tutup. Tapi anehnya, makin banyak yang kita konsumsi, makin kosong rasanya.
Gue pernah ngalamin itu. Waktu pandemi, gue kerja dari rumah, semua serba online, semua serba cepat. Tapi lama-lama gue ngerasa… kayak hidup gue cuma 'nyimak' doang. Scroll, scroll, like, reply. Gue sibuk, tapi bukan sibuk yang bikin bertumbuh. Gue terhibur, tapi bukan yang bikin lega.
Bosan Itu Nggak Jahat. Kadang Dia Teman yang Kita Hindari Tapi Butuh
Aneh ya, kita udah lama banget dimanja sama ‘hiburan instan’. Tapi pas beneran dikasih waktu kosong, kita panik. Kayak, "Aduh aku nggak produktif!", atau "Ngapain ya biar berfaedah?". Padahal bisa jadi, justru di titik itulah—waktu kita diem, bengong, dan ya… bosen—tumbuhnya dimulai.
Kenapa? Karena otak kita butuh jeda. Sama kayak lagu, kalau nggak ada jeda di antara nada, ya jadinya noise. Bosen itu seperti spasi dalam kalimat. Tanpa spasi, semua jadi padat dan susah dibaca.
Dan, kadang… momen paling kreatif justru datang pas kita lagi nyuci piring. Atau jalan kaki sore tanpa tujuan. Atau duduk di taman, cuma liatin daun jatuh dan mikir, "Kayaknya daun itu lebih tenang dari aku."
Digital Overwhelm: Si Pembisik Lembut Tapi Melelahkan
Digital overwhelm itu nggak selalu datang kayak badai. Kadang dia hadir kayak hujan gerimis—kecil, lama-lama bikin basah kuyup. Chat yang nggak selesai, email yang numpuk, notifikasi yang muncul tiap 2 menit. Lama-lama, energi mental kita keropos.
Kita nggak sadar kapan mulai kehilangan arah. Ide-ide makin susah lahir. Nulis caption Instagram aja bisa setengah jam. Apalagi mikir jangka panjang buat karier, misi hidup, atau sekadar nulis jurnal.
Jurnal, Jalan Sore, dan Hal-Hal Aneh yang Ternyata Menyembuhkan
Ada masa di hidup gue, gue putusin buat journaling tiap pagi. Bukan journaling estetik yang pakai stiker dan brush pen. Cuma tulisan tangan biasa. Kadang curhat, kadang doa, kadang marah. Tapi ajaibnya, setelah nulis itu, kepala gue lebih terang.
Atau saat gue mulai ritual aneh: jalan kaki sore selama 30 menit, tanpa musik, tanpa HP. Awalnya awkward banget. Tapi beberapa hari kemudian, gue mulai bisa denger suara-suara di kepala yang sebelumnya ketutupan noise: suara ide, suara perasaan, suara hati.
Kenapa Kita Takut Kosong?
Gue rasa kita hidup di zaman yang takut banget sama kekosongan. Karena ‘kosong’ diasosiasikan dengan gagal, nggak berguna, nggak ngapa-ngapain. Padahal bisa jadi, kosong itu bukan kehilangan, tapi ruang.
Ruang buat mikir, buat ulang arah, buat dengerin isi kepala sendiri. Kadang, ruang itulah yang jadi tempat subur buat kreativitas tumbuh—karena nggak ditindih hal-hal remeh dan urgent yang terus minta perhatian.
Bosan Bukan Lawanmu, Tapi Guru Kecil yang Sering Diremehkan
Gue nggak bilang harus sepenuhnya digital detox tiap hari. Tapi kita butuh 'puasa sensorik' sesekali. Kayak misalnya: Sabtu sore tanpa screen. Atau satu jam sebelum tidur tanpa HP. Atau journaling sebelum buka WhatsApp.
Bukan biar keren. Tapi biar kita bisa balik ‘ngeh’ sama hidup kita. Sama pikiran. Sama tubuh. Sama tujuan. Karena kadang, cara paling bijak untuk berkembang bukan dengan nambah aktivitas, tapi dengan mengurangi gangguan.
Jadi, Mau Jalan Sore Hari Ini?
Gue tahu ini bukan hal yang gampang. Tapi, gimana kalau minggu ini kita coba ‘bosan bareng’? Kita jadwalkan waktu buat nggak ngapa-ngapain. Cuma duduk. Jalan. Nulis. Nangis juga boleh.
Karena di tengah dunia yang terlalu cepat, mungkin cara paling radikal untuk berkembang… adalah berhenti sebentar.
--- English Version ---
Welcome to Hajriah Fajar: Lead & Innovate with Tech
Digital Overwhelm & The Hidden Gift of Boredom
When My Brain Felt Like an Overheated Laptop
Ever felt like your brain’s been to a rave party, but all you did was scroll Instagram for an hour?
Or you opened your phone to reply one message and somehow ended up stalking someone’s Bali vacation photos from 2019? Yeah. That digital buffet never stops. The more we consume, the less we feel nourished.
I’ve been there. During the pandemic, everything went online. Fast. Convenient. But slowly, I started feeling like I wasn’t living—I was just... buffering.
Boredom Isn’t Your Enemy. It Might Be Your Weirdest Ally
We’ve been trained to fear silence. To run from it. We crave stimulation like candy. But here’s the twist: boredom might be the compost your creativity’s been begging for.
Like space between musical notes, boredom is the pause that gives meaning to the rhythm.
Sometimes, my best ideas show up when I’m washing dishes. Or walking aimlessly. Or staring at a wall, whispering, “This wall has more peace than I do.”
Digital Overwhelm: The Quiet Thief of Our Inner Voice
It’s not always loud. Sometimes it creeps in like background noise. Little pings. Notifications. Tiny bites that nibble away your attention span until thinking feels like swimming through molasses.
When that happens, even writing a simple tweet feels like an exam. Let alone writing a vision for your life.
Morning Journals, Evening Walks & the Strange Ways We Heal
I started journaling in the morning. Not fancy bullet journals with stickers and colors. Just messy scribbles. Feelings. Thoughts. Prayers. It didn’t fix my life. But it made me feel… more me.
And then I did this weird thing: I walked without headphones. 30 minutes. No podcasts. Just me and my footsteps. At first, it felt awkward. Later, it felt like home.
Why Are We So Scared of Emptiness?
Emptiness makes us anxious. We associate it with failure, stagnation, laziness. But maybe—just maybe—emptiness is a canvas. Not a void.
A space where clarity grows. Where your own voice finally echoes back after being drowned by everyone else's noise.
Boredom as a Soft Teacher with Big Lessons
I’m not saying go full digital hermit mode. But maybe you can start small. A screen-free Saturday evening. A journaling session before bed. A few minutes just breathing instead of scrolling.
Not to impress anyone. But to remember who you are when you’re not performing.
What If You Took a Walk Today?
It might feel weird. Slow. Pointless. But maybe that’s exactly why it matters.
In a world obsessed with momentum, the quiet act of doing nothing might just be your next big move.
Posting Komentar untuk "Why You Sometimes Need to Be Bored to Grow: The Strange Power of Digital Silence"
Posting Komentar
You are welcome to share your ideas with us in comments!